SELAMAT DATANG DI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN - RIAU DAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

Rabu, 18 November 2009

Ilmu Agama Perlu Guru

Pada prinsipnya, ilmu agama memang harus diperoleh melalui guru. Ada hadist yg menyatakan bahwa jika seseorang belajar agama tanpa seorang guru, yg akan menjadi gurunya adalah 'setan'. Karena itu, akan muncul pendapat 'nyeleneh' dari orang yg belajar agama tidak melalui seorang guru. Seseorang tidak boleh menyombongkan diri dengan beranggapan bahwa ia mampu mempelajari ilmu apapun-terutama agama- tanpa seorang guru. Justru orang seperti ini harus dihindari menjadi guru dan dihindari 'pendapatnya'.
Dalam agama memang tidak semua ajarannya bisa dipahami melalui buku. Apalagi, buku yg dipelajarinya itu bukan dari teks aslinya yaitu bahasa Arab. Misalnya dari karya terjemahan yg kadangkala terjemahannya kurang akurat dan bisa membuat penafsiran berbeda.
Karena itu dalam dunia tarekat atau dunia wirid dan doa, kita selalu dianjurkan untuk mengamalkan sesuatu setelah mendapatkan izin dari guru (ijazah). Jika anda ingin tergabung dengan tarekat misalnya, anda harus menemukan seorang guru dulu. Guru-guru itu yg kemudian mengajari anda bagaimana melakukan wirid secara benar. Bukan berarti anda dilarang mengamalkan wirid dan dzikir itu tanpa guru. Tetapi, akan lebih afdhol jika anda bisa memperolehnya dengan 'sanad' (mata rantai) yg sah dan memiliki izin.
Apalagi yg berhubungan dengan ilmu hikmah. Tentu, itu sangat dianjurkan melalui seorang guru. Kita tidak bisa menutup mata terhadap doa-doa hikmah yg memiliki manfaat khusus. Tentu anda tak kan bisa melepaskannya tanpa guru. Hanya, jika menyinggung boleh-tidaknya mencari ilmu hikmah, yg menjadi ukuran adalah :
1. Tujuan mempelajari ilmu itu. Jika tujuannya buruk, maka itu dilarang. Jika tujuannya baik, maka itu diperbolehkan.
2. Cara mempelajari ilmu itu. Apakah bertentangan dengan agama atau tidak. Jika tidak, misalnya, selalu menganjurkan berpuasa dan berwirid, maka itu tak ada masalah. Berbeda jika anda dianjurkan untuk melakukan hal yg aneh2, misalnya puasa pati geni selama seminggu yg menyiksa tubuh, telanjang di pinggir kali, dan sebagainya.
3. Yang di baca adalah wirid dan dzikir ma'tsur (dari Rosululloh) dan ayat-ayat Al-Qur'an.
4. Tidak menyekutukan Allah. Artinya, apa pun yg diperoleh adalah anugerah-Nya, dan tak bisa mengelak dari takdir-Nya.

Jika ukurannya masih dalam tahap yang dimaksud, maka itu tak ada masalah. Sebab, ilmu hikmah juga ada dalam khazanah Islam dan diamalkan para ulama besar.

sumber: Habib Muhammad Luthfi bin Ali Bin Hasyim bin Yahya (ketua umum Jam'iyyah Ahli ath-Thoriqoh al-Mu'tabar an-Nahdhiyyah)

sumber: www.facebook.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar